Kamis, 14 April 2016

Aku Mau Kamu

TERPIKAT hati pada sapa halus yang menyebut namaku diterik mentari. Suara kamu menyejukkanku. Panasnya mentari tak terasa, kesejukan menghampiriku disaat yang bersamaan dengan hadirnya suaramu. Terpesona jiwa pada lembutnya kata yang tersampaikan oleh kamu. Pelan suara kamu menerangiku. Gelapnya malam nampak bersinar, cahaya terang mengelilingiku diwaktu yang beriringan dengan hadirnya suara kamu diruang dengarku. Kamulah lagu yang aku nyanyikan dikala pagi, menjadi simponi pembangkit gairah kehidupanku. Kamulah lagu yang aku senandungkan setiap waktu, menghapus galau dalam hatiku. Andai kamu tahu, betapa aku menyayangi kamu. Tapi, kamu tak harus tahu, karena aku mengerti bahwa aku bukanlah lagu yang kamu nyanyikan dan walaupun aku bukanlah lagumu, namun kamu akan tetap menjadi laguku, hingga disuatu saat, dimana aku tak lagi bisa bersenandung. AKU tak pernah peduli, apakah kamu menganggapku ada atau tiada. Aku tak pernah peduli, apakah kamu membenciku atau tidak. Aku tak pernah peduli seberapa besar kamu membenciku, yang aku tahu, aku selalu mengagumi kamu. Aku tak pernah peduli seberapa acuhnya kamu kepadaku, yang aku tahu, aku selalu memuja kamu. Aku mau kamu, kamu tak perlu mau aku, kamu cukup tahu saja bahwa aku mau kamu. Tahukah kamu, dalam tidurku ada kamu menari dan bernyanyi diatas awan. Tahukah kamu, dalam sadarku ada kamu menguasai otak dan fikiranku. Andai kamu tahu, kamu tak harus peduli padaku, karena jika kamu sudah tahu, itu terasa cukup bagiku. Aku mau kamu, kamu tak perlu mau aku, kamu cukup tahu saja bahwa aku mau kamu. Aku mungkin bukan pria seperti yang kamu mau dan aku tak akan memaksakan kamu untuk mau aku. Aku sadar betapa kurangnya aku dan tak sebanding dengan kamu. Aku mau kamu, kamu tak perlu mau aku, kamu cukup tahu saja bahwa aku mau kamu. Tahukah kamu, dengan membiarkan aku untuk tetap mengagumi kamu, itu adalah hal terbaik buat aku, karena aku mau kamu, kamu tak perlu mau aku, kamu cukup tahu saja bahwa aku mau kamu. (-)